Resistensi Antibiotik Seberapakah Bahayanya .?
|
resistensi antibiotik |
Peningkatan kasus penyakit yang kebal terhadap obat-obatan menimbulkan kekhawatiran para pakar. Mereka bahkan menilai hal itu akan memicu skenario kehancuran yang setara dengan serangan teroris.
Dame Sally Davies, pejabat kesehatan Inggris, mengatakan adalah hal yang perlu ditakutkan jika dalam 20 tahun terakhir ini makin banyak pasien operasi ringan meninggal karena infeksi akibat tidak ada antibiotik yang mempan.
Infeksi akibat resistensi antibiotik sangat serius. Karenanya pemerintah seharusnya menanggapnya sebagai ancaman publik.
Pemerintah Inggris sendiri mengatakan sudah menyiapkan strategi untuk mengampanyekan pentingnya penggunaan antibiotik yang rasional di kalangan dokter.
Bakteri super di rumah sakit seperti MRSA adalah infeksi yang diketahui paling resisten terhadap antibiotik. Meski begitu beberapa jenis infeksi yang juga banyak ditemui di masyarakat seperti infeksi TB atau gonorea juga makin kebal obat.
Antibiotik yang mulai kehilangan kekuatannya dalam melawan infeksi antara lain penisilin. Obat yang pernah dianggap sebagai obat sakti ini sekarang tidak lagi efektif untuk infeksi luka stahylocoocal.
Sementara ampisilin (jenis penislin) tidak lagi bisa mengobati infeksi saluran kemih dan ciprofloxacin (antibiotik sintetis) kini tak mempan mengobati gonorea.
Penelitian untuk menemukan antibiotik generasi baru juga tidak mudah. sejak tahun 1940-1990 perkembangan terhadap riset antibiotik berjalan sangat lambat.
Perusahaan farmasi juga menganggap membuat antibiotik tidak menguntungkan dibanding obat penyakit kronik. Obat antibiotik membutuhkan riset besar dan membutuhkan dana tak sedikit. Farmasi kini lebih berkonsentrasi pada obat-obatan penyakit kronis.
“Antibiotik kehilangan efektivitasnya dan jumlah kasus ini sangat mengkhawatirkan dan sulit diperbaiki, sama seperti pemanasan global,” kata Dame Sally.
Ia juga menyarankan agar pasien dan pemberi resep memikirkan dengan cermat obat-obatan yang mereka minta.
“Bakteri mudah beradaptasi dan menemukan cara untuk bertahan melawan antibiotik. Mereka menjadi kebal terhadap obat. Makin banyak kita memakai antibiotik, makin resisten bakteri terhadapnya,” katanya.
Perubahan pengobatan modern juga disebut-sebut menjadi pemicu mengapa pasien kini makin gampang terinfeksi. Misalnya saja terapi kanker yang melemahkan sistem imun dan penggunaan kateter yang meningkatkan risiko bakteri memasuki peredaran darah.
“Resistensi mikroba adalah masalah global dan memerlukan solusi internasional untuk menghadapinya,” kata David Heymann dari Health Protection Agency.