Bukan Penyakit Menular, Jangan Kucilkan Penyandang Epilepsi
Jakarta, Meski epilepsi atau ayan sudah dikenal lama tapi pemahaman tentang penyakit ini masih rendah salah satunya mengira epilepsi adalah penyakit menular. Padahal epilepsi bukanlah penyakit menular sehingga penyandangnya tak perlu dikucilkan.
Banyak orang yang memiliki pandangan epilepsi adalah penyakit kutukan, kena guna-guna, kerasukan roh, dapat menular melalui air liur yang dikeluarkan serta tidak boleh terkena air atau dekat api. Namun semua anggapan itu tidaklah benar.
Kondisi ini membuat penyandang epilepsi kadang dikucilkan dari lingkungan dan membuatnya merasa tertekan serta depresi. Padahal epilepsi dapat diobati dan dikendalikan sehingga bisa hidup normal.
“Epilepsi sama sekali tidak menular dan bukan penyakit menular. Dengan demikian, jangan sekali-kali mengucilkan penyandang epilepsi,” ujar Dr Hardiono D Pusponegoro, SpA(K) dari divisi saraf anak, Departemen Ilmu Penyakit Anak UI dalam acara seminar media ‘Mari Hapus Stigma Negatif Epilepsi’ di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (15/12/2011).
Dr Hardiono menuturkan ada pasangan yang tidak jadi menikah setelah tahu si perempuan memiliki epilepsi. Padahal tidak terdapat kaitan yang jelas antara orangtua yang epilepsi dengan anak-anaknya yang menyandang epilepsi.
Sementara itu dr Lyna Soertidewi, SpS(K) MEpid dari Departemen ilmu penyakit saraf UI menuturkan perempuan yang epilepsi bisa melakukan pengobatan yang optimum sebelum hamil.
Jika ingin hamil maka sebaiknya konsultasikan dengan dokter, melakukan perubahan pengobatan 6 bulan sebelum hamil lalu ditambah dengan asam folat dan mengonsumsi obat anti epilepsi.
“Wanita hamil dengan epilepsi yang menghentikan sendiri pengobatannya bisa berakibat fatal baik untuk ibu maupun janinnya, karena kalau ia mengalami kejang-kejang bisa menyebabkan kurang oksigen,” ujar dr Lyna.
Perempuan dengan epilepsi seringkali takut bila calon suaminya mengetahui bahwa ia memiliki epilepsi, karena jika anaknya cacat maka ia akan disalahkan oleh suami dan keluarganya.
Sementara itu dr Irawati Hawari, SpS, Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia menuturkan perlu mengubah cara pandang masyarakat tentang epilepsi dan menghapus stigma negatif bahwa epilepsi adalah penyakit memalukan bagi keluarga.
“Perlu meningkatkan kepedulian kita terutama orangtua dan keluarga terhadap penyandang epilepsi sehingga mereka bisa memiliki kualitas hidup yang baik,” ujar dr Ira.
Jika menemukan ada orang yang terkena serangan kejang epilepsi, Dr Hardiono memberikan beberapa tips pertolongan yaitu:
1. Miringkan pasien, agar ketika ia muntah tidak masuk lagi karena kalau masuk ke paru-paru bisa merusak
2. Melonggarkan pakaian atau baju yang digunakan dan melindunginya dari benda-benda tajam
3. Jangan dipegang atau menahan gerakan yang bersangkutan karena bisa membuat patah tulang
4. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut karena tidak ada gunanya
5. Bila keadaan berbahaya, segera bawa ke rumah sakit dan hubungi dokter.